Selasa, 13 Oktober 2015

PENDAHULUAN ETIKA SEBAGAI TINJAUAN

1. PENGERTIAN ETIKA
Kata Etika berasal dari bahasa yunani yang artinya “timbul dari kebiasaan”. Jadi Etika adalah sesuatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
Pengertian Etika menurut Pakar :
Menurut Hamzah Yacub, Pengertian Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.

Pengertian Etika menurut Dr. James J. Spillane SJ, Etics atau etika memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarah atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain.

Pengertian Etika menurut Soergarda Poerbakawatja, Etika ialah filsafat mengenai nilai, kesusilaan, tentang baik dan buruk, kecuali etika mempelajari nilai-nilai, ia juga merupakan pengetahuan mengenai nilai-nilai itu sendiri.

2. PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Terdapat enam prinsip yang merupakan landasan penting etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran.
1. Prinsip Keindahan 
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya.
2. Prinsip Persamaan                  
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
3. Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan sebagainya.
4. Prinsip Keadilan
Pengertian keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk bertindak adil dan proporsional.
5. Prinsip Kebebasan
Kebebasan dapat diartikan sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain.
Untuk itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:
-          kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan
-          kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan pilihannya tersebut
-          kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
6. Prinsip Kebenaran
Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat.

3. BASIS TEORI ETIKA
1. Etika Teleologi
Dari kata Yunani,  telos = tujuan,  Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.

Dua aliran etika teleologi :
-       Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadihedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
-       Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja  satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.

2. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata  Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab:‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban  kita dan karena perbuatan kedua dilarang’. Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.

3. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi  baik buruknya  suatu perbuatan atau perilaku. Teori Hak merupakan suatu aspek  dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.

4. Teori Keutamaan (Virtue)
memandang  sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan  sebagai berikut : disposisi watak  yang telah diperoleh  seseorang dan memungkinkan  dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
Contoh keutamaan :
a.    Kebijaksanaan
b.    Keadilan
c.    Suka bekerja keras
d.    Hidup yang baik

4. EGOISM
Kata "egoisme" merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin yakni ego, yang berasal dari kata Yunani kuno - yang masih digunakan dalam bahasa Yunani modern - ego (εγώ) yang berarti "diri" atau "Saya", dan-isme, digunakan untuk menunjukkan sistem kepercayaannya. Dengan demikian, istilah ini secara etimologis berhubungan sangat erat dengan egoisme filosofis.
Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan citra pribadi seseorang dan pentingnya - intelektual, fisik, sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak memandang kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak pada umunya dan hanya memikirkan diri sendiri
Egois ini memiliki rasa yang luar biasa dari sentralitas dari 'Aku adalah':. Kualitas pribadi mereka Egotisme berarti menempatkan diri pada inti dunia seseorang tanpa kepedulian terhadap orang lain, termasuk yang dicintai atau dianggap sebagai "dekat," dalam lain hal kecuali yang ditetapkan oleh egois itu.
Teori eogisme atau egotisme diungkapkan oleh Friedrich Wilhelm Nietche yang merupakan pengkritik keras utilitarianisme dan juga kuat menentang teori Kemoralan Sosial. Teori egoisme berprinsip bahwa setiap orang harus bersifat keakuan, yaitu melakukan sesuatu yang bertujuan memberikan manfaat kepada diri sendiri. Selain itu, setiap perbuatan yang memberikan keuntungan merupakan perbuatan yang baik dan satu perbuatan yang buruk jika merugikan diri sendiri.

5. CONTOH KASUS ETIKA
Mahasiswa: Realitas Sosial dan Egoisme
Published: 27.07.12 06:16:52
Updated: 25.06.15 02:34:18

Perkembangan Situasi Sosial Berita dan cerita tentang keberadaan rakyat yang semakin terperosok oleh oleh tuan dan puan di atas singgasana sudah menjadi makanan sehari-hari. Berbagai media masa, cetak maupun elektronik telah bosan menyorot, entah dari komunitas akar rumput (baca: rakyat) sampai pada kaum yang memiliki kekuasaan atas nama rakyat yang mungkin saat ini sedang merancang animasi-animasi untuk rakyat. Kesaksian-kesaksian hidup manusia meronta-ronta menuntut ekspresi dalam permainan situasi ini, terutama dalam dunia yang kian deras oleh arus globalisasi yang memberikan sikap egoistis ini. Dari lahir hingga mati, manusia perlu eksistensi dalam menjalankan tugasnya sendiri. Tetapi pemeliharannya meliputi lebih dari moral memuaskan utama mengendarai sini hingga sekarang menjadi dasar. Manusia terus menerus dan merubah dunia, dan jika tidak mengendalikan segala hal kelanjutannya dan integritas jiwa, ia tidak bisa menyerah sendiri ke eksistensi dan partisipasi untuk mengubah hidupnya setiap hari. Manusia lebih dari hewan- hewan lain dapat mengantisipasi masa depan awal, dan antisipasi ini adalah kebutuhan dia dalam membuat perubahan dalam diri sendiri dan lingkungan di dalam urutan tidak hanya mengendalikan sendiri situasi saat ini, tetapi juga arus bolak-balik berbagai kemungkinan, dengan demikian dapat mengendalikan sendiri di masa mendatang yang nyaman. Globalisasi adalah mendesakan dunia, demikian ungkapan yang tepat untuk mengatakannya. Semangat ini muncul seiring dengan berkembangnya ekonomi negara-negara barat dengan lain kata terjadi perkembangan yang pesat dalam dunia pasar. Perkembangan pasar yang pesat ini menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat antara individu-individu untuk memperolah kekayaan sebanyak-banyaknya, agar semakin berjaya dalam persaingan pasar. Hal ini juga menyebabkan adanya tingkatan-tingkatan ekonomi dalam masyarakat dan menyebabkan orang yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin sehingga individualisme semakin nyata keberadaannya. Bahkan pada kalangan intelektualisme mahasiswa dengan menutup mata pada realitas sosial masyarakat saat ini. Menjadi Mahasiswa dan Mentalitas Murid Dosen Secara etimologis, kata mahasiaswa berasal dari jenis kata majemuk “maha” yang artinya besar, dan kata siswa yaitu pelajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan bahwa mahasiswa adalah siswa yang paling besar yang belajar di perguruan tinggi atau akademi. Hal ini bisa menunjukan bahwa mahasiswa adalah kaum intelektual yang berpikiran matang terhadap berbagai bidang ilmu tanpa menelantarkan sikap solidaritasnya pada masalah sosial yang terjadi. Menghadapi perubahan zaman yang kian kompleks dengan berbagai tawaran baru yang serba instan dan gaung liberalisme yang makin kencang menggema. Adapun liberalisme dimaksudkan sebagai keberanian bebas berpikir untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat, tapi sering disalah artikan sebagai sesuatu yang mutlak demi kepentingan diri sendiri (egoisme). Hal ini mengubah pola pikir “Murid Dosen,” apalagi berhadapan dengan tawaran kemajuan teknologi di milenium ketiga ini. Berbagi jenis barang elektronik menjadi trend di kalangan mahasiswa. Salah satu contoh, surat dan telegram yang biasa digunakan angkatan terdahulu berganti dengan handphone. Bahkan nokia 1200 berubah menjadi blackberry yang mutakhir dengan berbagai tawaran fitur kemudahan. Secara tidak langsung mahasiswa dibodohi oleh teknologi. Ambil saja contoh kasus di kampus (mungkin para “Pengajar Mahasiswa” belum mengetahuinya), bagaimana pembodohan oleh teknologi pada kalangan mahasiswa. Handphone menjadi media paling praktis untuk menaruh contekan baik melalui fitur Images, Short Message Service maupun internetan. Mentalitas instan dan kurangnya semangat kerja keras mahasiswa menjadi biang kerok potret para mahasiswa dewasa ini. Matinya semangat kebersamaan dan lemahnya teropongan terhadap realitas sosial yang terjadi saat ini menjadi bagian lain wajah mahasiswa itu sendiri saat ini. Parahnya lagi mereka menertawakan segelintir mahasiswa yang masih punya jiwa terhadap realitas sosial. Amat disayangkan, padahal secara tidak langsung itu merupakan suatu bentuk pengakuan kelemahan diri sendiri. Filosofi jari (dua jari menunjuk orang lain, tiga jari berbalik pada diri sendiri). Sungguh, menertawakan kebodohan sendiri yang dipuja. Tekanan Terhadap Individu Roberts W. White dari Universitas Harvard merupakan salah satu penemu sistem analisis dan deskripsi motifasi. Setelah melakukan penelitian di lapangan, White membuat suatu kesimpulan bahwa tingkah meliputi pendorong dasar kata lainnya, tingkah laku terdiri dari pemeriksaan, penyelidikan, komonikasi pemikiran, memanipulasi lingkungan. Kebutuhan untuk berkompetisi dalam melakukan keaktifan berlangsung relative secara bebas pada gerakan fisik. Melihat dari kejadian yang berkembang saat ini, sungguh sangat parah. Mahasiswa yang lulus dengan cum laude belum tentu lulus dengan mulus tanpa tergiur oleh cara di atas. Kadang ada yang membela diri. Katanya ini, sungguh dari hasil kerja keras. Suatu bentuk pembelaan terhadap diri sendiri. Ironis memang, kaum mahasiswa sekarang lebih suka melakukan tindakan frontalis apabila suatu bentuk kebijakan justru menghimpit daya juang mereka untuk memuluskan jalan menuju egoismenya. Padahal hal ini telah merupakan sebuah praktek pembelajaran Korupsi, Kolusi dan Nepotisme baik secara sadar maupun tidak sadar. Bila ditinjau lebih jauh berdasarkan pemikiran dan analisis yang lengkap dengan pisau analisis yang tajam. Sungguh, suatu bentukan pembangkangan terhadap nurani yang hanya mengembangbiakan virus egoisme. Relasi, Teknologi dan Secercah Harapan Manusia merupakan satu dari jutaan Makhluk Tuhan yang hidup dengan berkelompok. semakin maju peradaban, sepatutnya semakin maju pula cara manusia berkelompok. Oleh karena itu relasi menjadi penting dalam mengembangkan kehidupan kita di jagat ini. Lebih baik lagi jika kepekaan sosial kita dibangun. Untuk itu haruslah melakukan redefinisi atas eksistensi kita di galaksi bimasakti ini. Suatu kebanggaan apabila mahasiswa dasawarsa ini, mencoba untuk bergerak menentang terhadap berbagai ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat umum. Teknologi masa kini bisa kita jadikan sebagai media untuk menelurkan ide dan analisis tajam kita pada realitas sosial bukannya idealisme sempit seperti ingin mendapatkan nilai bagus melalui cara tak halal seperti contoh kasus di atas. Harapan baru bagi mahasiswa saat ini ialah kepekaan sosial untuk membangun bangsa ini lebih maju ke depannya dengan berbagai macam tawaran teknologi modern abad 21 ini. Memahami perkembangan zaman yang semakin kompleks dan atas dorongan manusia sebagai makhluk social yang sudah tak ada tawar menawar lagi harus membentuk relasi, untuk itu sudah selayaknya mahasiswa membuka mata atas realitas sosial yang terjadi saat ini. Masalah paling urgen di lingkungan social kita saat ini adalah masalah kesehatan yang lebih spesifik lagi ialah kekurangan gizi (marasmus dan kwasiokhor). Sudahkah mahasiswa, membantu dari sedikit kelebihannya untuk meringankan beban mereka (dari pada uang untuk bermain facebook dan sejenisnya). Semoga mahasiswa saat ini lebih peka terhadap masalah sosial.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar