1.
PENGERTIAN ETIKA
Kata Etika berasal dari bahasa yunani yang
artinya “timbul dari kebiasaan”. Jadi Etika adalah sesuatu ilmu yang
membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat
dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
Pengertian Etika menurut Pakar :
Menurut Hamzah
Yacub, Pengertian Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik
dan mana yang buruk dan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran.
Pengertian
Etika menurut Dr. James J. Spillane SJ, Etics atau etika
memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan
keputusan moral. Etika mengarah atau menghubungkan penggunaan akal budi
individual dengan objektivitas untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan
tingkah laku seseorang terhadap orang lain.
Pengertian
Etika menurut Soergarda Poerbakawatja, Etika ialah filsafat mengenai
nilai, kesusilaan, tentang baik dan buruk, kecuali etika mempelajari
nilai-nilai, ia juga merupakan pengetahuan mengenai nilai-nilai itu sendiri.
2.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Terdapat
enam prinsip yang merupakan landasan penting etika, yaitu keindahan, persamaan,
kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran.
1.
Prinsip Keindahan
Prinsip
ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap
keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan
dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya.
2.
Prinsip Persamaan
Setiap
manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga
muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan,
persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini
melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
3.
Prinsip Kebaikan
Prinsip
ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan
nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang
lain, dan sebagainya.
4.
Prinsip Keadilan
Pengertian
keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap
orang apa yang semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini
mendasari seseorang untuk bertindak adil dan proporsional.
5.
Prinsip Kebebasan
Kebebasan
dapat diartikan sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak
bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak
asasi manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak
orang lain.
Untuk
itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:
-
kemampuan untuk berbuat sesuatu atau
menentukan pilihan
-
kemampuan yang memungkinkan manusia
untuk melaksanakan pilihannya tersebut
-
kemampuan untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
6.
Prinsip Kebenaran
Kebenaran
biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang
logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran
itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat.
3.
BASIS TEORI ETIKA
1. Etika Teleologi
Dari kata Yunani, telos =
tujuan, Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan
oleh tindakan itu.
Dua aliran etika teleologi :
-
Egoisme
Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari
setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan
dirinya sendiri.Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar
kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru menjadi
persoalan serius ketika ia cenderung menjadihedonistis, yaitu ketika
kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai
kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
-
Utilitarianisme
Berasal dari
bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut
teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu
harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat
sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria
untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness
of the greatest number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
2. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari
kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.‘Mengapa perbuatan ini
baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi
menjawab:‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena
perbuatan kedua dilarang’. Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan
adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks
agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.
3. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali
teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk
mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku. Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori
deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua
sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan
martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana
pemikiran demokratis.
4. Teori Keutamaan (Virtue)
memandang sikap atau akhlak
seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau
jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa
didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang
telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk
bertingkah laku baik secara moral.
Contoh keutamaan :
a. Kebijaksanaan
b. Keadilan
c. Suka bekerja keras
d. Hidup yang baik
4.
EGOISM
Kata "egoisme" merupakan istilah
yang berasal dari bahasa latin yakni ego, yang berasal dari kata Yunani kuno -
yang masih digunakan dalam bahasa Yunani modern - ego (εγώ) yang berarti
"diri" atau "Saya", dan-isme, digunakan untuk menunjukkan
sistem kepercayaannya. Dengan demikian, istilah ini secara etimologis berhubungan
sangat erat dengan egoisme filosofis.
Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan
meningkatkan pandangan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya
memiliki pendapat untuk meningkatkan citra pribadi seseorang dan pentingnya -
intelektual, fisik, sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak memandang kepedulian
terhadap orang lain maupun orang banyak pada umunya dan hanya memikirkan diri
sendiri
Egois ini memiliki rasa yang luar biasa dari
sentralitas dari 'Aku adalah':. Kualitas pribadi mereka Egotisme berarti menempatkan
diri pada inti dunia seseorang tanpa kepedulian terhadap orang lain, termasuk
yang dicintai atau dianggap sebagai "dekat," dalam lain hal kecuali
yang ditetapkan oleh egois itu.
Teori eogisme atau egotisme diungkapkan oleh
Friedrich Wilhelm Nietche yang merupakan pengkritik keras utilitarianisme dan
juga kuat menentang teori Kemoralan Sosial. Teori egoisme berprinsip bahwa
setiap orang harus bersifat keakuan, yaitu melakukan sesuatu yang bertujuan
memberikan manfaat kepada diri sendiri. Selain itu, setiap perbuatan yang
memberikan keuntungan merupakan perbuatan yang baik dan satu perbuatan yang
buruk jika merugikan diri sendiri.
5.
CONTOH KASUS ETIKA
Mahasiswa:
Realitas Sosial dan Egoisme
Published:
27.07.12 06:16:52
Updated:
25.06.15 02:34:18
Perkembangan
Situasi Sosial Berita dan cerita tentang keberadaan rakyat yang semakin
terperosok oleh oleh tuan dan puan di atas singgasana sudah menjadi makanan
sehari-hari. Berbagai media masa, cetak maupun elektronik telah bosan menyorot,
entah dari komunitas akar rumput (baca: rakyat) sampai pada kaum yang memiliki
kekuasaan atas nama rakyat yang mungkin saat ini sedang merancang
animasi-animasi untuk rakyat. Kesaksian-kesaksian hidup manusia meronta-ronta
menuntut ekspresi dalam permainan situasi ini, terutama dalam dunia yang kian
deras oleh arus globalisasi yang memberikan sikap egoistis ini. Dari lahir
hingga mati, manusia perlu eksistensi dalam menjalankan tugasnya sendiri.
Tetapi pemeliharannya meliputi lebih dari moral memuaskan utama mengendarai sini
hingga sekarang menjadi dasar. Manusia terus menerus dan merubah dunia, dan
jika tidak mengendalikan segala hal kelanjutannya dan integritas jiwa, ia tidak
bisa menyerah sendiri ke eksistensi dan partisipasi untuk mengubah hidupnya
setiap hari. Manusia lebih dari hewan- hewan lain dapat mengantisipasi masa
depan awal, dan antisipasi ini adalah kebutuhan dia dalam membuat perubahan
dalam diri sendiri dan lingkungan di dalam urutan tidak hanya mengendalikan
sendiri situasi saat ini, tetapi juga arus bolak-balik berbagai kemungkinan,
dengan demikian dapat mengendalikan sendiri di masa mendatang yang nyaman.
Globalisasi adalah mendesakan dunia, demikian ungkapan yang tepat untuk
mengatakannya. Semangat ini muncul seiring dengan berkembangnya ekonomi negara-negara
barat dengan lain kata terjadi perkembangan yang pesat dalam dunia pasar.
Perkembangan pasar yang pesat ini menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat
antara individu-individu untuk memperolah kekayaan sebanyak-banyaknya, agar
semakin berjaya dalam persaingan pasar. Hal ini juga menyebabkan adanya
tingkatan-tingkatan ekonomi dalam masyarakat dan menyebabkan orang yang kaya
semakin kaya dan yang miskin semakin miskin sehingga individualisme semakin
nyata keberadaannya. Bahkan pada kalangan intelektualisme mahasiswa dengan
menutup mata pada realitas sosial masyarakat saat ini. Menjadi Mahasiswa dan
Mentalitas Murid Dosen Secara etimologis, kata mahasiaswa berasal dari jenis
kata majemuk “maha” yang artinya besar, dan kata siswa yaitu pelajar. Kamus Besar
Bahasa Indonesia menerangkan bahwa mahasiswa adalah siswa yang paling besar
yang belajar di perguruan tinggi atau akademi. Hal ini bisa menunjukan bahwa
mahasiswa adalah kaum intelektual yang berpikiran matang terhadap berbagai
bidang ilmu tanpa menelantarkan sikap solidaritasnya pada masalah sosial yang
terjadi. Menghadapi perubahan zaman yang kian kompleks dengan berbagai tawaran
baru yang serba instan dan gaung liberalisme yang makin kencang menggema.
Adapun liberalisme dimaksudkan sebagai keberanian bebas berpikir untuk
memecahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat, tapi sering disalah artikan
sebagai sesuatu yang mutlak demi kepentingan diri sendiri (egoisme). Hal ini
mengubah pola pikir “Murid Dosen,” apalagi berhadapan dengan tawaran kemajuan teknologi
di milenium ketiga ini. Berbagi jenis barang elektronik menjadi trend di
kalangan mahasiswa. Salah satu contoh, surat dan telegram yang biasa digunakan
angkatan terdahulu berganti dengan handphone. Bahkan nokia 1200 berubah menjadi
blackberry yang mutakhir dengan berbagai tawaran fitur kemudahan. Secara tidak
langsung mahasiswa dibodohi oleh teknologi. Ambil saja contoh kasus di kampus
(mungkin para “Pengajar Mahasiswa” belum mengetahuinya), bagaimana pembodohan
oleh teknologi pada kalangan mahasiswa. Handphone menjadi media paling praktis
untuk menaruh contekan baik melalui fitur Images, Short Message Service maupun
internetan. Mentalitas instan dan kurangnya semangat kerja keras mahasiswa
menjadi biang kerok potret para mahasiswa dewasa ini. Matinya semangat
kebersamaan dan lemahnya teropongan terhadap realitas sosial yang terjadi saat
ini menjadi bagian lain wajah mahasiswa itu sendiri saat ini. Parahnya lagi
mereka menertawakan segelintir mahasiswa yang masih punya jiwa terhadap
realitas sosial. Amat disayangkan, padahal secara tidak langsung itu merupakan
suatu bentuk pengakuan kelemahan diri sendiri. Filosofi jari (dua jari menunjuk
orang lain, tiga jari berbalik pada diri sendiri). Sungguh, menertawakan
kebodohan sendiri yang dipuja. Tekanan Terhadap Individu Roberts W. White dari
Universitas Harvard merupakan salah satu penemu sistem analisis dan deskripsi
motifasi. Setelah melakukan penelitian di lapangan, White membuat suatu
kesimpulan bahwa tingkah meliputi pendorong dasar kata lainnya, tingkah laku
terdiri dari pemeriksaan, penyelidikan, komonikasi pemikiran, memanipulasi
lingkungan. Kebutuhan untuk berkompetisi dalam melakukan keaktifan berlangsung
relative secara bebas pada gerakan fisik. Melihat dari kejadian yang berkembang
saat ini, sungguh sangat parah. Mahasiswa yang lulus dengan cum laude belum
tentu lulus dengan mulus tanpa tergiur oleh cara di atas. Kadang ada yang
membela diri. Katanya ini, sungguh dari hasil kerja keras. Suatu bentuk
pembelaan terhadap diri sendiri. Ironis memang, kaum mahasiswa sekarang lebih
suka melakukan tindakan frontalis apabila suatu bentuk kebijakan justru
menghimpit daya juang mereka untuk memuluskan jalan menuju egoismenya. Padahal
hal ini telah merupakan sebuah praktek pembelajaran Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
baik secara sadar maupun tidak sadar. Bila ditinjau lebih jauh berdasarkan
pemikiran dan analisis yang lengkap dengan pisau analisis yang tajam. Sungguh,
suatu bentukan pembangkangan terhadap nurani yang hanya mengembangbiakan virus
egoisme. Relasi, Teknologi dan Secercah Harapan Manusia merupakan satu dari
jutaan Makhluk Tuhan yang hidup dengan berkelompok. semakin maju peradaban,
sepatutnya semakin maju pula cara manusia berkelompok. Oleh karena itu relasi
menjadi penting dalam mengembangkan kehidupan kita di jagat ini. Lebih baik
lagi jika kepekaan sosial kita dibangun. Untuk itu haruslah melakukan
redefinisi atas eksistensi kita di galaksi bimasakti ini. Suatu kebanggaan
apabila mahasiswa dasawarsa ini, mencoba untuk bergerak menentang terhadap berbagai
ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat umum. Teknologi masa kini bisa
kita jadikan sebagai media untuk menelurkan ide dan analisis tajam kita pada
realitas sosial bukannya idealisme sempit seperti ingin mendapatkan nilai bagus
melalui cara tak halal seperti contoh kasus di atas. Harapan baru bagi
mahasiswa saat ini ialah kepekaan sosial untuk membangun bangsa ini lebih maju
ke depannya dengan berbagai macam tawaran teknologi modern abad 21 ini.
Memahami perkembangan zaman yang semakin kompleks dan atas dorongan manusia
sebagai makhluk social yang sudah tak ada tawar menawar lagi harus membentuk
relasi, untuk itu sudah selayaknya mahasiswa membuka mata atas realitas sosial
yang terjadi saat ini. Masalah paling urgen di lingkungan social kita saat ini
adalah masalah kesehatan yang lebih spesifik lagi ialah kekurangan gizi
(marasmus dan kwasiokhor). Sudahkah mahasiswa, membantu dari sedikit
kelebihannya untuk meringankan beban mereka (dari pada uang untuk bermain
facebook dan sejenisnya). Semoga mahasiswa saat ini lebih peka terhadap masalah
sosial.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar