PERKEMBANGAN, PENGUNGKAPAN & PELAPORAN
KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN INTERNATIONAL FINANCIAL
REPORTING STANDARD (IFRS)
A. International
Financial reporting Standard (IFRS)
IFRS
adalah standar,interpretasi dan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan (dengan tidak adanya standar atau interpretasi) yang diadopsi oleh
dewan standar akuntansi internasional. Di sisi lain IFRS adalah suatu upaya
untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang
terhadap kurangnya transparansi keuangan (Dewangga, 2010). Struktur IFRS (International
Financial Reporting Standarts) mencakup:
1) International
Financial Reporting Standards (IFRS) yaitu standar yang diterbitkan
setelah tahun 2001.
2) International
Accounting Standards (IAS) yaitu standar yang diterbitkan sebelum tahun
2001.
3) Interpretations yang
diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations
Committee (IFRIC) yakni setelah tahun 2001.
4) Interpretations yang diterbitkan
oleh Standing Interpretations Committee (SIC) yakni sebelum tahun 2001. International
Accounting Standards atau yang lebih dikenal sebagai International
Financial Reporting Standard (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan
akuntansi yang memberikan tekanan pada penilaian (revaluation) profesional yang
kuat dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi
ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu,
IFRS
diterbitkan sebagai upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan
mencari solusi jangka panjang terhadap kerangnya transparasi informasi
keuangan. Adapun tujuan penerapan IFRS adalah:
1. Memastikan bahwa
laporan keuangan internal perusahaan mengandung informasi berkualitas tinggi.
2. Transparasi
bagi penggina laporan dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan
3. Dapat
dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna
4. Meningkatkan
investasi.
Sedangkan manfaat dari adanya suatu standar global, antaralain :
1. Pasar
modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa
hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan
secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal.
2. Dapat
membuat keputusan yang lebih baik.
3. Perusahaan
– perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai merger dan
akuisisi.
4.Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas
pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang
berkualitas tinggi.
Kewajiban untuk menggunakan IFRS bagi
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek (listed companies) merupakan
salah satu perubahan paling signifikan dalam sejarah regulasi akuntansi (Daske
dkk., 2008). Telah lebih dari 100 negara mengadopsi IFRS. Regulator berharap bahwa
penggunaan IFRS dapat meningkatkan komparabilitas laporan keuangan,
meningkatkan transparansi perusahaan dan kualitas pelaporan keuangan sehingga
menguntungkan investor.
Pada kenyataannya, pelaksanaan IFRS tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa kendala maupun tantangan yang
dihadapi dan masalah ini berbeda disetiap negara. Kartikahadi (2012) menyatakan
permasalahan yang dihadapi Indonesia diantaranya adalah frekuensi perubahan
IFRS yang relatif sering melakukan revisi atas standar yang dikeluarkannya.
Sedangkan perlu waktu dan uang yang cukup untuk memahami dan mengaplikasikan
sebuah standar akuntansi. IFRS menjadi sebuah tantangan baik dalam hal
tantangan budaya, politik, dan hukum(Rezaee,dkk.,2010). Tantangan utama dari
mengadopsi IFRS adalah biaya yang berkaitan dengan adopsi. Ini meliputi biaya
untuk pelatihan staff/pendidikan dan penerapan informasi sistem teknologi.
B.
Perkembangan IFRS di Indonesia
Lembaga
profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia
melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Namun penerapan IFRS telah
dimulai secara bertahap dengan penerapan 19 PSAK dan 7 ISAK baru yang telah
mengadopsi IAS/IFRS mulai 1 Januari tahun 2010.2 Konvergensi IFRS ini merupakan
salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota forum G-20, dengan
mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak
memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS.
Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big
bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi
penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertenu. Strategi ini
digunakan oleh negara-negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi
IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara-negara berkembang
seperti Indonesia. PSAK dikonvergensikan secara penuh dengan IFRS di Indonesia
melalui tiga tahapan yaitu :
Adopsi penuh IFRS diharapkan dapat meningkatkan
kualitas informasi akuntansi yang terdiri atas manajemen laba, relevansi nilai
laba dan relevansi nilai buku (Francis et al, 2004).
Dengan
mengadopsi IFRS ini, Indonesia diperkirakan akan memperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. Meningkatkan
kualitas standar akuntansi keuangan (SAK).
2. Mengurangi
biaya SAK.
3. Meningkatkan
kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4. Meningkatkan
komparabilitas pelaporan keuangan.
5. Meningkatkan
transparansi keuangan.
6. Menurunkan
biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal.
7. Meningkatkan efisiensi penyusunan
laporan keuangan.
IFRS
memiliki karakteristik, diantaranya :
1. IFRS
menggunakan “Principles Base “ sehingga lebih menekankan pada intepreatasi dan
aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip
tersebut.
2. Standar
membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi
akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
3. Membutuhkan
proffesional judgment pada penerapan standar akuntansi.
4. Menggunakan
fair value dalam penilaian.
5. Mengharuskan
pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak
C.
Pengungkapan Pelaporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Setelah IFRS
Sebelum IFRS
Sebelum digunakannya International
Financial Reporting Standards (IFRS), akuntansi di Indonesia menggunakan
menggunakan prinsip historical cost yaitu merupakan jumlah kas atau
setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan atau
memperoleh asset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat
diterapkan jumlah yang dapat distribusikan langsung ke asset pada saat pertama
kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu (PSAK 19, revisi 2009).
Kelemahan dari historical cost adalah kurang mencerminkan kondisi
yang sebenarnya. Hal ini biasanya memungkinkan peluang pihak menejemen untuk
melakukan manajemen laba.
Setelah IFRS
Dampak adopsi IFRS pada laporan keuangan
perusahaan dan pada manajemen perusahaan menunjukan IFRS memiliki dampak
positif terhadap laporan keuangan, peningkatan ekuitas perusahaan, dan
manajemen perusahaan menjadi lebih bertanggungjawab (accountable).
IFRS menekankan konsep nilai wajar. Nilai
wajar itu sendiri berdasarkan FASB Concept Statement No. 7 adalah
harga yang akan diterima dalam penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer
kewajiban dalam transaksi yang tertata antara partisipan di pasar dan tanggal
pengukuran. Penggunaan konsep IFRS akan berdampak terhadap laporan keuangan dan
kinerja keuangan perusahaan karena terdapat perbedaan pengukuran terhadap nilai
item-item laporan keuangan itu sendiri yang sebelumnya menggunakan konsep historical
cost. Dibawah ini terdapat perbedaan antara pelaporan keuangan perusahaan
sebelum dan setelah penerapan IFRS.
Tabel 1: Perbedaan Pelaporan Keuangan
Perusahaan Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS
Setelah IFRS
|
Sebelum IFRS
|
Komponen laporan keuangan lengkap
terdiri atas :
- Laporan
posisi keuangan (neraca)
- Laporan
laba rugi komprehensif
- Laporan
perubahan ekuitas
- Laporan
arus kas
- Catatan
atas laporan keuangan
- Laporan
posisi keuangan komparatif awal periode dan penyajian retrospektif terhadap
penerapan kebijakan akuntansi
|
Komponen laporan keuangan lengkap
terdiri atas :
- Neraca
- Laporan
laba rugi
- Laporan
perubahan ekuitas
- Laporan
arus kas
- Catatan
atas laporan keuangan
|
Pengungkapan dalam Laporan Posisi Keuangan
(Neraca) :
Aset :
- Aset
tidak lancar
- Aset
lancar
Ekuitas :
- Ekuitas
yang dapat diatribuskan ke pemilik entitas induk
- Hak
non pengendali
Liabilitas :
- Liabilitas
jangka panjang.
- Liabilitas
jangka pendek
|
Pengungkapan dalam Laporan Posisi Keuangan
(Neraca) :
Aset :
- Aset
tidak lancar
- Aset
lancar
Ekuitas :
- Ekuitas
yang dapat diatribuskan ke pemilik entitas induk
- Hak
non pengendali
Liabilitas :
- Liabilitas
jangka panjang.
- Liabilitas
jangka pendek
|
Penyajian liabilitas jangka panjang yang
akan dibiayai kembali :
- Liabilitas
jangka panjang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek jika akan jatuh
tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah selesai
periode pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan.
|
Penyajian liabilitas jangka panjang yang
akan dibiayai kembali :
- Tetap
disajikan sebagai liabilitas jangka panjang
|
Pengakuan dan pengukuran :
- Biaya
historis.
- Biaya
sekarang ( apa yang harus dibayar hari ini untuk mendapatkan aset. Ini sering
diperoleh dalam penilaian yang sama dengan nilai wajar).
- Nilai
realisasi (jumlah kas yang dapat diperoleh saat ini jika aset dilepas).
- Nilai
wajar.
- Pengakuan
pendapatan.
- Pengakuan
beban.
- Pengungkapan
penuh
|
Pengakuan dan pengukuran :
- Biaya
historis
- Pengakuan
pendapatan
- Pengakuan
beban
- Pengungkapan
penuh
|
D.
Pengungkapan dan Pelaporan Tahunan Terbaik Periode 2015
Laporan keuangan merupakan bahasa yang
digunakan oleh komunitas bisnis. Bahasa bisnis tersebut disusun berdasarkan
standar akuntansi yang merupakan aturan-aturan pengukuran untuk laporan
keuangan. Dalam perkembangannya, terdapat banyak dan berbedanya standar
akuntansi yang berlaku sehingga menimbulkan masalah keterbandingan laporan
keuangan. Kondisi ini tentu dapat dipahami karena dalam proses penyusunan
standar akuntansi di suatu negara tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor
lokal suatu negara (Wolk et al., 2001: 4)
Pentingnya laporan keuangan dimana memberikan
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil – hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, dapat lebih berarti bagi pihak –
pihak yang berkepentingan apabila laporan keuangan diperbandingkan untuk dua
periode atau lebih dan dilakukan analisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh
data yang lebih jelas dalam mendukung keputusan yang akan diambil. Selain itu,
dengan menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan, akan diperoleh semua jawaban
yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan dan hasil – hasil yang dicapai
oleh perusahaan yang bersangkutan.
Tujuan utama laporan keuangan dibuat dan
disajikan, ada 2, yaitu: (1) Untuk memberikan informasi tentang posisi dan
hasil kinerja keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan (investor, kreditur, dan pemerintah) dalam
rangka membuat keputusan-keputusan bisnis., dan (2) Untuk menunjukkan
pertanggung-jawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Sebuah laporan keuangan dikatakan baik dan memenuhi
persyaratan bila disusun sedemikian rupa sehingga kedua tujuan tersebut bisa
dicapai.
Sebagai lembaga keuangan terpercaya dan
terbesar di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengadakan
acara penganugerahan Annual Report Award (ARA) 2014, Jakarta,
Selasa (22/9). Acara ini diadakan dengan tema “Akuntabilitas dan
Transparansi Informasi Memenangkan Persaingan Bisnis dalam Era Integrasi
Ekonomi ASEAN”. ARA terselenggara atas kerja sama tujuh instansi
penyelenggara, yaitu Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian BUMN, Bank Indonesia,
Direktorat Jenderal Pajak, Komite Nasional Kebijakan Governance, PT Bursa
Efek Indonesia, dan Ikatan Akuntan Indonesia.
Annual Report Award (ARA) merupakan kompetisi
tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 2002 yang melakukan penilaian terhadap
kualitas penyajian informasi dalam Annual Report sebuah perusahaan. Tidak hanya semata-mata
pengungkapan dalam Laporan Tahunan, Annual Report Award bertujuan untuk
mendorong penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
Pada tanggal 22September 2015,
diselenggarakan acara penganugerahan Annual Report Award (ARA) 2014. ARA 2014
merupakan penyelenggaraan yang ke-14, dengan mengangkat tema “Akuntabilitas dan
Transparansi Informasi untuk Memenangkan Persaingan Bisnis dalam Era Integrasi
Ekonomi ASEAN”. Sejalan dengan tema ini, kualitas keterbukaan informasi dalam
laporan tahunan diharapkan dapat terus meningkat untuk dapat menunjang
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan perbaikan dalam
transparansi informasi, yang merupakan salah satu pilar GCG diyakini akan
meningkatkan kesadaran perusahaan untuk menerapkan pengelolaan perusahaan
dengan baik serta meningkatkan kesiapan perusahaan di Indonesia untuk bersaing,
tidak hanya di lingkup nasional, tetapi juga di kawasan regional dan bahkan
secara global. Sebagaimana yang selama ini telah dilakukan, ARA terselenggara atas
kerjasama 7 (tujuh) instansi penyelenggara, yaitu Otoritas Jasa Keuangan,
Kementerian BUMN, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, Komite Nasional
Kebijakan Governance, PT. Bursa Efek Indonesia, dan Ikatan Akuntan Indonesia.
Peserta ARA 2014 berjumlah 294peserta yang
terdiri dari 274 perusahaan, 17 Dana Pensiun dan 3 Bank Perkreditan Rakyat.
Jumlah peserta meningkat 13% dibandingkan peserta tahun lalu yaitu 261
perusahaan. Apabila dilihat perkembangan peserta sejak pertama kali ARA diselenggarakan
tahun 2002 hingga saat ini, maka mengalami peningkatan sampai dengan 227%.
Gelaran ARA ini sendiri bertujuan untuk
membangun daya saing ekonomi Indonesia untuk menyongsong integrasi ekonomi
Asean 2014 melalui transparansi informasi, dengan indikator yang utama dalam
menilai pemenang dilihat dari aspek implementasi good corporate governance (GCG).
Sehingga, para pelaku pasar (investor) bisa memberikan kepercayaannya di pasar
tanah air. Selain itu, ARA bermanfaat demi kemajuan perusahaan dan sebagai media
komunikasi yang efektif kepada semua pihak untuk menjelaskan tentang kinerja
dan prospek perusahaan di masa mendatang,
Daftar Pemenang Annual Report Award 2015
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No
|
Kategori
|
Peringkat
|
Nama
Perusahaan
|
1
|
BUMN Non
Keuangan Listed
|
Juara Umum
|
PT Aneka
Tambang (Persero) Tbk
|
2
|
BUMN
KEUANGAN LISTED
|
1
|
PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk
|
3
|
2
|
PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
|
|
4
|
3
|
PT Bank
Tabungan Negara(Persero) Tbk
|
|
5
|
BUMN
NON KEUANGAN LISTED
|
1
|
PT Aneka
Tambang (Persero) Tbk
|
6
|
2
|
PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk
|
|
7
|
3
|
PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
|
|
8
|
BUMN
KEUANGAN NON LISTED
|
1
|
PT Asuransi
Jasa Indonesia (Pesero)
|
9
|
2
|
Perum
Jaminan Kredit Indonesia
|
|
10
|
3
|
PT
TASPEN (Persero)
|
|
11
|
BUMN
NON KEUANGAN NON LISTED
|
1
|
PT
Pertamina (Persero)
|
12
|
2
|
PT Angkasa
Pura II (Persero)
|
|
13
|
3
|
PT Bio
Farma (Persero)
|
|
14
|
PRIVATE
KEUANGAN LISTED
|
1
|
PT Bank
Victoria International Tbk
|
15
|
2
|
PT Bank
Central Asia Tbk
|
|
16
|
3
|
PT Adira
Dinamika Multifinance Tbk
|
|
17
|
PRIVATE
NON KEUANGAN LISTED
|
1
|
PT Wijaya
Karya BetonTbk
|
18
|
2
|
PT
ElnusaTbk
|
|
19
|
3
|
PTAKR
CorporindoTbk
|
|
20
|
PRIVATE
KEUANGAN NON LISTED
|
1
|
PT BNI
Syariah
|
21
|
2
|
PT Bank
Syariah Mandiri
|
|
22
|
3
|
PT Bank
Mayora
|
|
23
|
PRIVATE
NON KEUANGAN NON LISTED
|
1
|
PT Pupuk
Kalimantan Timur
|
24
|
2
|
PT
Pelayanan Listrik Nasional Batam
|
|
25
|
3
|
PT Garuda
Maintenance Facility Aeroasia
|
|
26
|
BUMD LISTED
|
1
|
PT Bank DKI
|
27
|
2
|
PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk
|
|
28
|
3
|
PT Bank
Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur
|
|
29
|
BUMD NON
LISTED
|
1
|
PT Bank
Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
|
30
|
2
|
PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Tengah
|
|
31
|
3
|
PT Bank
Pembangunan Daerah Kalimantan Barat
|
|
32
|
DANA
PENSIUN
|
1
|
Dana
Pensiun Bank Indonesia
|
33
|
2
|
DPLKPT Bank
Mandiri (Persero) Tbk
|
|
34
|
3
|
Dana
Pensiun Bank Rakyat Indonesia
|
REFERENSI
:
Ari Dewi Cahyati, 2011. “Peluang Manajemen Laba Pasca
Konvergensi IFRS: Sebuah Tinjauan Teoritis Dan Empiris”, Jurnal JRAK Vol.
2, No. 1. UNISMA. (Diakses pada, 15 April 2016. 10:18 WIB).
Ferry Danu Prasetya,
2012. “Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Di Indonesia”, Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, VOL. 1, NO. 4. Unika Widya Mandala. (Diakses
pada, 15 April 2016. 13:00 WIB).
Natalia Titiek Wiyani, S.Pd. “Standarisasi, Harmonisasi
dan Konvergensi IFRS (International Finance Reporting Standar and Practices)”.
(Diakses Pada, 16 April 2016. 16:41 WIB).
Nur Cahyonowati, dan Dwi Ratmono. “Adopsi IFRS dan
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi”.Universitas Diponegoro. (Diakses
Pada, 14 April 2016. 11:56 WIB).
Nyoman Trisna Herawati. “Konvergensi International
Financial Reporting Standards (IFRS) Dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Akuntansi Pengantar Di Perguruan Tinggi”. Universitas
Pendidikan Ganesha. (Diakses Pada, 16 April 2016. 12:55 WIB).
Sianipar, Glory Augutsa. 2013. Analisis Komparasai
Informasi Akuntansi Sebelum dan Sesudah Pengadoposian Penuh IFRS di Indonesia. Volume
2, Nomor 3, Tahun 2013. (Diakses Pada 17 April 2016. 09:59 WIB)
Sigit Hermawan, dan Ety Nur Zunaida, 2013. “Analisis
Kesiapan Dan Pelaksanaan Perkuliahan Akuntansi Berbasis Konvergensi International International
Financial Reporting Standards (IFRS)”, Jurnal Pendidikan Akuntansi, Vol.
1, No. 4. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. (Diakses Pada, 17 April 2016.
04:43 WIB).
Vergiana Aprilicia, 2014. “Road Map International
Financial Reporting Standard (IFRS) dan Implementasinya di Indonesia”.
Jurnal JIBEKA Vol. 8, No. 1. Universitas Ma Chung Malang. (Diakses Pada,
15 April 2016. 19:54 WIB).
Wahyu Hidayat., 2015.“Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Sebelum dan Sesudah Implementasi PSAK Berbasis IFRS”, Universitas
Lampung. (Diakses pada , 17 April 2016, 5:49)
Yona Octiani Lestari. “Konvergensi International
Financial Reporting Standards (IFRS) Dan Manajemen Laba Di Indonesia”. Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. (Diakses Pada, 16 April 2016.
17:43 WIB).
Website Resmi OJK: www.ojk.go.id (Diakses
pada, 16 April 2016, 17:18 WIB).
Tulisan Ini Adalah Salah Satu
Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Akuntansi Internasional
Ditulis
oleh : A.
Anggraini
Dosen
: Jessica Barus
UNIVERSITAS
GUNADARMA